Selasa, 20 Mei 2014

Menginjak Fase Kedewasaan?

Beberapa hari yang lalu saya ulang tahun. Sekarang usia saya  22 tahun lebih beberapa hari. Bagi beberapa orang, saya masih anak kemarin sore. Namun tidak sedikit juga yang bilang saya anak tua seangkatan. Sedikit saja yang bilang saya telah menjadi dewasa.

Bicara tentang dewasa saya berpikir: apa itu artinya dewasa? Kriteria apa yang kita gunakan untuk menyebut seseorang itu dewasa? Harus punya pekerjaan? Harus sudah menggandeng pacar? Punya tempat tinggal sendiri? Saya sendiri berpendapat bahwa menjadi dewasa bukan hal remeh seperti itu.



Menjadi dewasa adalah konsep yang abstrak. Seorang yang tua belum tentu sudah dewasa. Karena saya sering dengan orang bilang: "Tua itu pasti, dewasa itu relatif". Saya sendiri menganggap diri saya ini muda. Semangat, ambisius, ingin mencoba banyak hal, ingin berteman dengan banyak orang. Tapi dewasa? Entahlah. 

Sebagai anak kecil saya ada kesan khusus saat melihat ayah, ibu, om dan tante, serta orang dewasa lain. Melihat orang dewasa, kesan pertama biasanya orang dewasa itu keren. Mereka naik mobil sendiri, punya uang, bisa melakukan apapun tanpa disuruh-suruh, dan berbicara dengan lugas. Lalu makin lama saya belajar banyak hal. Ternyata kebebasan terbesar yang kita miliki adalah saat anak kecil. Di saat itu walaupun disuruh-suruh, diarahakan, dinasihati, hidup kita tetap terjamin. Semakin lama kita memperoleh sesuatu. Bibit kedewasaan. Kita peroleh dari orang lain, kita jaga, dan kita petik buahnya. Semakin lama semakin banyak sampai terasa memberatkan. Namun memang hal tersebut yang membawa manusia pada kedewasaan. Namanya tanggung jawab.

Menurut saya menjadi dewasa artinya siap bertanggungjawab atas apapun yang dia perbuat. Baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Secara filosofis (ciee filosofis..) dewasa adalah tahapan dimana manusia menyadari perannya sebagai pribadi dan elemen masyarakat. Terdengar keren sekaligus berat untuk dijalani. Apakah setiap orang dewasa bahagia? Punyakah mereka keinginan untuk kembali ke masa tanpa tanggung jawab? It remains to be seen. Pertanyaannya sekarang tinggal satu: siapkah menjadi dewasa? 

1 komentar: